Kamis, 02 Juni 2016

Planologi Dakwah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Aktifitas manajerial itu merupakan sebuah usaha dalam mewujudkan tujuan-tujuan tertentu dengan menggunakan sumber daya manusia dan diikuti dengan pemanfaatan sumber-sumber bahan material yang ada. Adapun definisi manajerial itu meliputi :
1)    Perencanaan
2)    Pengorganisasian
3)    Pelaksanaan
4)    Pengawasan
Rencana adalah suatu arah tindakan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Dari perencanaan ini akan menggungkapkan tujuan-tujuan keorganisasian dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan guna mencapai tujuan.
Secara alami, perencanaan itu merupakan bagian dari sunnatullah, yaitu yaitu dengan melihat bagaimana Allah SWT menciptakan alam semesta dengan hak dengan perencanaan yang matang disertai dengan tujuan yang jelas.  Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Shaad ayat 27.
                 • 
“Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu Karena mereka akan masuk neraka.”
Perencanaan merupakan starting point dari aktifitas manajerial. Karena bagaimanapun sempurnanya aktifitas manajemen tetap membutuhkan sebuah perencanaan. Karena perencanaan merupakan langkah awal bagi sebuah kegiatan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait agar memperoleh hasil optimal. Alasannya, bahwa tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka menggapai tujuan. Jadi, perencanaan memiliki peran yang sangat signifikan karena ia merupakan dasar dan titik tolak dari kegiatan pelaksanaan selanjutnya. Oleh karena itu, dalam konteks dakwah perencanaan adalah sebuah keharusan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Al-Mubarak sebagai berikut ;
“Jika engkau ingin mengerjakan sesuatu pekerjaan, maka pikirkanlah akibatnya, maka jika perbutan tersebut baik, ambillah dan jika perbuatan itu jelek, maka tinggalkanlah.”
Secara garis besar perencanaan dibagi kepada dua macam :
1.    Rencana Besar (Grand Planning)
2.    Rencana Biasa
Grand Planning adalah rencana menyeluruh dari semua aktifitas yang dilaksanakan. Planning itu merupakan formulasi tindakan untuk masa depan yang diarahkan pada tujuan yag akan dicapai. Dalam merancang dan menjalankan sebuah rencana, konsistensi sangatlah dituntut. Karena konsisten itu akan membawakan kepada hasil yang seperti diharapkan. Jika seseorang tidak konsisten dalam suatu rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, maka orang tersebut dianggap gagal dalam melakukan proses yang pertama dalam aktifitas manajerial.
Hal ini merujuk kepada apa yang dikatan oleh Dean R. Spizer : “Those who fail to plain, plain to fail”. Siapa yang gagal dalam membuat rencana, sesungguhnya ia sedang merencanakan sebuah sebuah kegagalan.

B.    Rumusan Masalah
Pembahasan makalah ini difokuskan pada pemahaman tentang :
1)    Apa pengertian perencanaan ?
2)    Bagaimana proses pembuatan rencana?
3)    Bagaimana perencanaan yang baik itu?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yang disusun dalam bentuk makalah ini adalah untuk memaparkan pemahaman tentang:
1)    Definisi Perencanaan
2)    Proses pembutan rencana
3)    Perencanaan yang Baik

D.    Manfaat  Penulisan
Penulisan Makalah Ini diharapkan bermanfaat dalam:
1)    Pemahaman yang lebih arif  terhadap topik pembahasan
2)    Memperdalam ilmu pengetahuan terhadap topik pembahasan
3)    Menanamkan rasa Ingin tahu dalam hal manajerial terhadap masyarakat
4)    Memberi sumbangsih pembanding dengan makalah lain









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perencanaan
Henry Fayol yang merupakan seorang pakar manajemen Amerika menyebutkankan bahwa perencanaan adalah semacam prediksi terhadap apa yang akan terjadi pada masa mendatang disertai dengan persiapan untuk menghadapi masa yang akan datang.
Sementara itu, James S. F. Store mendefinisikan “perencanaan” sebagai “Planning is the process of setting goals and closing the means to achive those goals”. Perencanaan adalah sebuah proses untuk menyusun rencana untuk meraih perencanaan tujuan tersebut.
Dari apa yang telah dipaparkan oleh dua pakar manajemen tersebut, maka kami mengambil sebuah kesimpulan bahwa Perencanaan adalah pengambilan keputusan tentang apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, kapan mengerjakannya, siapa yang akan mengerjakannya dan bagaimana mengukur keberhasilan pelaksanaannya.
Dari pengertian tentang perencanaan ini, secara implisit, mengandung arti penentuan tujuan, penegembangan kebijakan, program, proyek, sistem dan prosedur, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan demikian, perencanaan selalu mengandung tiga macam karakteristik, yaitu:
1)    Selalu berhubungan dengan waktu mendatang.
2)    Memerlukan tindakan,
3)    Ada indikasi individu atau organisasi yang melaksanakannya.
Maka dari itu, secara general tugas dari perencanaan yang paling utama adalah menentukan sasaran.
B.    Tehnik Membuat Perencanaan
Untuk membuat suatu rencana ada beberapa tindakan yang harus dilalui. Tingkat-tingkat atau langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut ;
1)    Meneteapkan tugas dan tujuan
Tugas dan tujuan adalah dua pengertian yang mempunyai hubungan yang sangat erat, merupakan anak kembar siam. Bila kita melaksanakan tugas, pasti ada yang menjadi tujuan kegiatan kita itu. Sebaliknya suatu tujuan tidak akan tercapai bila kita tidak melakukan suatu kegiatan, yakni melakukan suatu tugas. Kedua hubungan itu sangat erat hubungannya. Dalam membuat suatu rencana, pertama-tama kita harus menetapkan tugas dan tujuan. Dengan tugas dimaksudkan, kegiatan apa yang harus dilakukan.
Apakah tugas dari kegiatan itu? Dengan tujuan yang dimaksudkan, nilai-nilai yang diharapkan untuk dipelihara, diperoleh atau diadakan.
Apa tujuan kita, misalnya membuka pertanian untuk menanam nilam, mencari keuntungan sebesar-besarnya, memberi kesempatan kerja, mencari keunggulan dibidang kwalitas, dan sebagainya. Penetapan tujuan perusahaan, merupakan landasan dari pembuatan rencana kemudian. Kita tidak mungkin merencanakan sesuatu, bila tidak tegas lebih dahulu, tujuan yang akan kita capai dengan rencana tersebut. Demikianlah, betapa pentingnya peranan penetapan tujuan itu.
2)    Mengobservasi dan menganalisis
Setelah tugas dan tujuan suatu perusahaan telah ditetapkan langkah-langkah berikutnya adalah mencapai atau mengobservasi faktor yang mempermudah untuk mencapai tujuan. Bila faktor-faktor itu sudah terkumpul, dianalisis, untuk dapat menetapkan, mana yang masih efektif digunakan pada masa yang akan datang. Untuk mendapatkan faktor-faktor tersebut, maka bahan-bahan dari pengalaman dapat digunakan, demikian juga pengalaman pihak-pihak yang lain. Bila data tersebut sudah diperoleh, kemudian dianalisi, untuk menetapkan apakah faktor tersebut masih efektif digunakan untuk masa depan.
3)    Mengadakan kemungkinan-kemungkinan
Tersedianya bahan-bahan yang diperoleh pada langkah terdahulu, memberikan perencanaan dapat membuat beberapa kemungkinan untuk mencapai tujuan perusahaan. Sudah barang tentu terdapat beberapa kemungkinan untuk mendapat suatu tujuan. Seperti pribahasa mengatakan ada berbagai jalan untuk sampai Roma. Kemungkinan-kemungkinan tersebut dapat diurut-urutkan atas dasar tertentu, misalnya atas dasar lamanya diselesaikan, besarnya biaya yang diperlukan. Langkah inilah yang disebut dengan mengadakan kemungkinan-kemungkinan.
4)    Membuat sintesis
Terdapat beberapa kemungkinan untuk mncapai suatu tujuan yang memaksa sipembuat rencana harus memilih berbagai altenatif. Pemilihan salah satu kemungkinan seringkali tidak tepat sebab masing-masing kemungkinan selalu mengandung unsur yang baik disamping adanya sela-sela negatif. Oleh karenanya, pada fase ini pembuat rencana harus mengawinkan atau membuat berbagai kemungkinan itu. Sela-sela negatif dari masing-masing kemungkinan dibuang, dan unsur-unsur yang positif diambil sehingga diperoleh sintesis dari beberapa kemungkinan itu.
5)    Menyusun rencana
Menyusun rencana kerja adalah serangkaian tujuan dan proses yang bisa membantu tim dan/atau seseorang mencapai tujuan tersebut. Dengan membaca rencana kerja, Anda bisa memahami skala sebuah proyek dengan lebih baik. Ketika digunakan di dunia kerja maupun akademik, rencana kerja membantu Anda mengerjakan proyek dengan teratur. Melalui rencana kerja, Anda memecah proses jadi tugas-tugas kecil yang ringan sekaligus mengetahui apa saja yang Anda ingin capai. Pelajari cara membuat rencana kerja agar Anda lebih siap saat mengerjakan proyek berikutnya.
C.    Perencanaan yang Baik
Pada dasarnya sebuah perencanaan dikatan baik, jika dapat memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Sehingga barulah dikenal sebagai perencnaan yang baik. Adapun syarat-syarat yang dimaksud itu harus ada 12 prinsip dan petunjuk untuk menyusun perencanaan yang baik.
1)    Didasarkan pada sebuah keyakinan
Artinya bahwa apa yang dilakukan adalah baik. Tentunya sebagai muslim yang baik pula kita mesti berpedoman pada standar kebaikan yang adalah dalam agama islam. Standar yang baik dalam dalam islam adalah yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. 

2)    Dapat dipastikan apa yang dilakukan itu bermanfaat
Manfaat disini bukanlah manfaat yang hanya sekedar dapat dirasakan oleh seorang leader, akan tetapi manfaat itu juga dapat dirasakan oleh anggota. Maka akan sangat perlu jika memandang kemashlahatan anggota ketika anggota mengoperasikan planning tersebut.

3)    Didasari pada ilmu pengetahuan
Seseorang yang hendak membuat perencanaan itu harus didasari pada ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan dengan apa yang dilakukan. Misalkan untuk merencanakan sebuah kegiatan dakwah, maka seorang da’i hendaklah banyak mendengar, membaca, dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas sehingga dapat melakukan aktivitas dakwah berdasarkan kompetensi ilmunya.

4)    Lakukan studi banding (Benchmark)
Benchmark adalah melakukan studi terhadap praktik terbaik dari suatu lembaga yang sukses dalam menjalankan aktifitasnya dengan baik.



5)    Seorang leader tidak boleh lepas tangan
Pemimpin dituntut untuk memikirkan sekaligus menganalisis proses jalannya perencanaan ketika tertuang pada aktifitas pengorganisasian, guna kelanjutan dari aktifitas yang akan dilaksanakan.

6)    Rencana harus memiliki tujuan yang khas
Hal ini menjadi sangat penting sebab dengan tujuan yang khas semua kegiatan dapat diarahkan untuk mencapai hasil perencanaan tersebut. Tujuan harus jelas dan mudah dipahami oleh semua orang yang akan melaksanakan perencanaan itu.

7)    Ada kegiatan yang diprioritaskan.
Suatu rencana tanpa ada kegiatan pelaksanaan, tak lebih dari selembar kertas yang tak berarti. Karena kegiatan mencapai tujuan dari suatu rncana banyak macamnya, dan disisi lain terdapat faktor-faktor pembatas, maka perlu ada kegiatan yang diberi prioritas. Kegiatan ini biasa disebut sebagai kegiatan kunci. Tanpa kegiatan kunci, tidak ada jaminan bahwa pelaksanaan rencana akan berjalan secara efektif dan efisien.

8)    Melibatkan semua orang.
Hendaknya semua orang dilibatkan dalam pembuatan rencana, baik untuk seluruh tahap, maupun hanya tahap-tahap tertentu dari proses perencanaan tersebut. Keterlibatan ini akan menimbulkan rasa bertanggung jawab dalam tahap pelaksanaan rencana nantinya. Dengan cara ini pelaksanaan rencana diharapkan dapat berjalan dengan lancar, komunikasi lancar, koordinasi juga lancar.

9)    Perencanaan hendaknya telah memperhitungkan pelaksanaan fungsi manajemen lainnya, seperti pengorganisasian, pengarahan, koordinasi dan pengendalian. Hal ini penting sebab perencanaan memang merupakan fungsi yang mendahului kegiatan manajemen lainnya, sehingga rencana akan selalu memiliki sifat berbagai acuan dari fungsi manajemen lainnya.

10)    Rencana harus selalu diperbaiki
Hal ini dikarenakan situasi dan kondisi memang selalu berubah. Perbaikan suatu rencana tidak berarti rencana itu salah, tetapi untuk menyesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi yang ada. Namun demikian, suatu rencana jangan terlalu sering diperbaiki, sebab jika demikian, rencana tersebut akan sukar untuk dijadikan pedoman, baik dalam pelaksanaannya maupun untuk kepentingan pengendaliannya.

11)    Penanggung jawab perencanaan.
Perlu ditunjuk orang atau staf khusus yang bertanggung jawab dalam penyusunan rencana. Walaupun banyak orang terlibat dalam penyusunan rencana, namun harus ada orang yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir perencanaan tersebut.

12)    Semua perencanaan selalu bersifat tentatif dan bersifat interim. Rencana tidak ada yang bersifat final, sebab rencana yang baik harus memiliki keluwesan terhadap perubahan-perubahan yang ada.    











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perencanaan merupakan formulasi formulasi tindakan untuk masa depan yang diarahkan pada tujuan yag akan dicapai. Dalam merancang dan menjalankan sebuah rencana, konsistensi sangatlah dituntut.
Pada umumnya dalam membuat perencanaan itu terdapat tehnik-tehnik tertentu yang perlu diperhatikan, yaitu :
1)    Meneteapkan tugas dan tujuan
2)    Mengobservasi dan menganalisis
3)    Mengadakan kemungkinan-kemungkinan
4)    Membuat sintesis, dan
5)    Menyusun rencana
Sebuah perencanaan baru bisa dikatakan baik setidaknya memiliki 12 ciri-ciri sebagai berikut ;
1)    Didasarkan pada sebuah keyakinan
2)    Dapat dipastikan apa yang dilakukan itu bermanfaat
3)    Didasari pada ilmu pengetahuan
4)    Lakukan studi banding (Benchmark)
5)    Seorang leader tidak boleh lepas tangan
6)    Rencana harus memiliki tujuan yang khas
7)    Ada kegiatan yang diprioritaskan.
8)    Melibatkan semua orang.
9)    Perencanaan memperhitungkan pelaksanaan fungsi manajemen lainnya,
10)    Rencana harus selalu diperbaiki
11)    Penanggung jawab perencanaan, dan
12)    Semua perencanaan selalu bersifat tentatif dan bersifat interim.

B.    Saran
Dalam pengumpulan materi pembahasan di atas tentunya kami banyak mengalami kekurangan dan kesalahan dan oleh karena itu hendaknya pembaca memberikan tanggapan baik itu berupa kritik dan saran yang bersifat konstruktif terhadap karya tulis ini.


























DAFTAR PUSTAKA

Didin Hafidhuddin, Hendri Tanjung. (2002). Manajemen Syari’ah dalam Praktik. Jakarta : Gema Insani. Hlm. 78.
Gorden B. Dafis. (1984). Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Jakarta : Pustaka Binaman Presindo. Hlm. 118.
Heidjrachman R., Dasar-Dasar Manajemen, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Perceteakan AMP YKPN, 1990), Hlm. 11.
http://id.wikihow.com/Menyusun-Rencana-Kerja. diakses pada 16 April 2015 pukul 11:28 WIB. 
M. Manullang, (2005). Dasar-Dasar Manajemen : Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.   Hlm. 45-47.
Munir, M dan Wahyu Ilahi. (2009). Manajemen Dakwah. Jakarta : Kencana. Cet II. Hal. 99.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar