Kamis, 02 Juni 2016

Konsep Dasar sosiologi

BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai cabang Ilmu, Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa Émile Durkheim ilmuwan sosial Perancis yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
2.    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.    Apa pengertian sosiologi?
2.    Ayat apa saja yang ada dalam sosiologi?
3.    Bagaimana objek kajian sosiologi?
4.    Apa saja jenis-jenis sosiologi?
 











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sosiologi
Secara etimologi kata sosiologi berasal dari bahasa Latin: Socius dan Logos. Socius yang berarti kawan, berkawan, ataupun bermasyarakat. Sedangkan Logos berarti  Ilmu atau dapat juga berbicara tentang sesuatu.  Secara harfiah sosiologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antar teman. Yang dimaksud hubungan antar teman meliputi antara orang yang satu dengan orang yang lain, baik yang bersungguh-sungguh teman atau sahabat maupun lawan atau musuh. Pengertian ini diperluas sedikit menjadi “Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi manusia di dalam masyarakat.”
Istilah sosiologi digunakan pertama kali oleh seorang filosof dari Perancis yang bernama Auguste Marie Francois Savier Comte, ini terkenal dengan sebutan Auguste Comte pada tahun (1798 – 1857), dalam bukunya “Course de Philosophie Positive”. Karena jasanya maka Auguste Compte disebut sebagai Bapak Sosiologi. Berikut ini definisi sosiologi menurut para ahli :
1.    Pitirim Sorikin: sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
2.    Roucek dan Warren: sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
3.    William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff : sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
4.    J.A.A. van Doorn dan C.J. Lammers: sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
5.    Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemantri: Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
6.    Max Weber: Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
7.    Paul B. Horton: sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
8.    Soerjono Soekamto: sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
9.    William Kornblum: sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
10.    Allan Johnson: sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut memengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya memengaruhi sistem tersebut.
11.    Mayor Polak: Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan di antara manusia dan kelompok, kelompok dan kelompok, baik kelompok formal maupun kelompok material atau baik kelompok statis maupun kelompok dinamis.
Dari berbagai definisi tersebut dapat dilihat bahwa walaupun terdapat berbagai definisi yang berbeda satu dengan yang lain, akan tetapi bisa ditemukan simpul-simpul persamaan di antara mereka, yaitu: Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari:
    Manusia yang hidup dalam kelompok yang disebut masyarakat;
    Pola-pola hubungan antara manusia baik secara individu maupun secara kelompok;
    Hubungan manusia dengan lembaga-lembaga sosial, seperti norma-norma dan kaidah-kaidah sosial; dan
    Pola-pola kehidupan manusia kaitannya dengan kondisi lingkungannya.
Dengan demikian, substansi dari batasan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia satu dan lainnya di dalam suatu kelompok berakibat timbulnya pola hubungan antarmanusia guna menghindari benturan antar-individu, dan individu dengan kelompok. Atau secara singkat dapat didefinisikan bahwa sosiologi adalah ilmu yang berobjek pada pola-pola hubungan antarmanusia.
B.    Ayat Al-Qur’an Yang Berhubungan Dengan Sosiologi
Keluarga merupakan sebuah pondasi dan institusi yang paling dicintai dalam Islam. Masyarakat terbentuk dari unit-unit yang lebih kecil dan keluarga merupakan unit yang paling kuno dan alami serta titik diawalinya kehidupan manusia. Keluarga adalah pusat perkumpulan dan poros untuk melestarikan tradisi-tradisi serta tempat untuk menyemai kasih sayang dan emosional. Unit ini ibarat landasan sebuah komunitas dan ketahanannya akan mendorong ketangguhan sebuah masyarakat.
Membangun keluarga merupakan upaya yang wajib ditempuh oleh setiap pasangan yang diawali dengan pernikahan. Pernikahan adalah hal mendasar dalam membentuk sebuah keluarga Islami. Tanpa pernikahan, mustahil sebuah keluarga akan mencapai kebahagiaan-kebahagiaan yang dijanjikan Islam.
Hak menikah QS,An nur :32-33.
وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ
يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Pada ayat ini Allah menyerukan kepada semua pihak yang memikul tanggung jawab atas kesucian dun kebersihan akhlak umat, agar masing-masing mereka mengawinkan laki-laki yang tidak beristri, baik duda atau jejaka dan perempuan yang tidak bersuami baik janda atau dara dengan membukakan kesempatan yang luas untuk itu. Demikian pula terhadap hamba sahaya laki-laki atau perempuan yang sudah patut dikawinkan, hendaklah diberikan pula kesempatan yang serupa. Seruan ini berlaku untuk semua para wali (wali nikah) seperti bapak, paman dan saudara yang memikul tanggung jawab atas keselamatan keluarganya, berlaku pula untuk orang-orang yang memiliki hamba sahaya, janganlah mereka menghalangi anggota keluarga atau budak yang di bawah kekuasaan mereka kawin, asal saja syarat-syarat untuk kawin itu sudah dipenuhi. Dengan demikian terbentuklah keluarga-keluarga yang sehat bersih dan terhormat. Dari keluarga-keluarga inilah tersusun suatu umat dan bangsa. Bila keluarga-keluarga itu kuat susunannya, sehat dan terhormat, maka pastilah umat atau bangsa itu menjadi kuat dan terhormat pula
Oleh sebab itu Rasulullah saw bersabda
menikah itu termasuk Sunahku. Barangsiapa yang membenci Sunahku maka dia tidak termasuk golonganku.
Bila ada di antara orang-orang yang mau kawin itu dalam keadaan miskin sehingga belum sanggup memenuhi semua keperluan perkawinannya dan belum sanggup memenuhi segala kebutuhan rumah tangganya, hendaklah orang-orang seperti itu disokong dan dibantu untuk melaksanakan niat baiknya itu. Janganlah kemiskinan seseorang menjadi alasan untuk mengurungkan perkawinan, asal saja benar-benar dapat diharapkan dari padanya kemauan yang kuat untuk melayarkan bahtera perkawinan itu dengan segala daya dan upaya yang ada padanya. Siapa tahu di belakang hari Allah akan membukakan baginya pintu rezeki yang halal yang baik, dan memberikan kepadanya karunia dan rahmat-Nya.

QS. An-nur : 33.
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّى يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
وَالَّذِينَ يَبْتَغُونَ الْكِتَابَ مِمَّا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ فَكَاتِبُوهُمْ إِنْ عَلِمْتُمْ
فِيهِمْ خَيْرًا وَآتُوهُمْ مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي آتَاكُمْ وَلا تُكْرِهُوا فَتَيَاتِكُمْ
عَلَى الْبِغَاءِ إِنْ أَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِتَبْتَغُوا عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَنْ
يُكْرِهُّنَّ فَإِنَّ اللَّهَ مِنْ بَعْدِ إِكْرَاهِهِنَّ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya : Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu miliki yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barang siapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa (itu).
Bagi orang-orang yang benar-benar tidak mampu untuk membiayai keperluan perkawinan dan kebutuhan hidup berkeluarga sedang wali dan keluarga mereka tidak pula sanggup membantunya. maka hendaklah menahan diri sampai mereka mempunyai kemampuan untuk itu. Menahan diri artinya menjauhi segala tindakan yang bertentangan dengan kesusilaan apalagi melakukan perzinaan karena perbuatan itu adalah sangat keji dalam pandangan Islam dan termasuk dosa besar. Di antara tujuan anjuran untuk mengawinkan pria dan wanita yang tidak beristri atau bersuami adalah untuk memelihara moral umat dan bersihnya masyarakat dari tindakan-tindakan asusila. Bila pria atau wanita belum dapat kawin tidak menjaga dirinya dan memelihara kebersihan masyarakatnya, tentulah tujuan tersebut tidak akan tercapai. Sebagai suatu cara untuk memelihara diri agar jangan jatuh ke jurang maksiat.

C.    Objek Kajian Sosiologi
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok-kelompoknya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, etnis atau suku bangsa, komunitas pemerintah, dan berbagai organisasi sosial, agama, politik, budaya, bisnis, dan organisasi lainnya (Ogburn dan Nimkoff, 1959: 13; Horton dan Hunt, 1991: 4). Sosiologi pun mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal usul pertumbuhannya, serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap para anggotanya. Dengan demikian, sebagai objek kajian sosiologi adalah masyarakat manusia yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dan proses-proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.
Jika ditelaah lebih lanjut, tentang karakteristik sosiologi menurut Soekanto (1986: 17) mencakup hal-hal berikut:
1.    Merupakan ilmu sosial, bukan ilmu kealaman ataupun humaniora.
2.    Bersifat empirik-kategorik, bukan normatif atau etik; artinya sosiologi berbicara apa adanya tentang fakta sosial secara analitis, bukan mempersoalkan baik-buruknya fakta sosial tersebut. Bandingkan dengan pendidikan agama atau pendidikan moral.
3.    Merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat umum, artinya bertujuan untuk menghasilkan pengertian dan pola-pola umum dari interaksi antar-manusia dalam masyarakat, dan juga tentang sifat hakikat, bentuk, isi dan struktur masyarakat.
4.    Merupakan ilmu pengetahuan murni (pure science), bukan ilmu pengetahuan terapan (applied science).
5.    Merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak atau bersifat teoritis. Dalam hal ini sosiologi selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat sehingga menjadi teori.
6.    Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang menghasilkan pengertian dan pola-pola umum.
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek:
1.    Objek Material
Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.
2.    Objek Formal
Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
3.    Objek budaya
Objek budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.
4.    Objek Agama
Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial masyarakat, dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.

D.    Jenis-Jenis Sosiologi
Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni (Pure Science) yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, namun sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiyahnya guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi (Horton dan Hunt, 1987:41), seorang ahli sosiologi yang melakukan penelitian tentang tekanan ekonomi atau masalah kemiskinan yang dialami keluarga buruh tani, misalnya, maka ia adalah seorang ilmuwan murni. Tetapi, kalau peneliti tersebut kemudian meneruskannya dengan melakukan studi mengenai bagaimana cara meningkatkan taraf kehidupan keluarga buruh tani, maka dalam hal ini sosiologi menjadi ilmu terapan. Seseorang sosiolo yang bekerja di tataran praktis, ia tidak sekedar meneliti masalah sosial untuk membangun proposisi dan mengembangkan teori, tetapi sosilogi bukanlah seperangkat doktrin yang kaku dan selalu menekan apa yang “seharusnya” terjadi, melainkan ia adalah semacam sudut pandang baru atau ilmu yang selalu mencoba “menelanjangi” realitas: mengungkap fakta-fakta yang tersembunyi di balik realitas yang tampak.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sosiologi adalah ilmu tentang berbagai hubungan antar-manusia yang terjadi di dalam masyarakat. Hubungan antar-manusia dalam masyarakat disebut hubungan sosial. Seiring dengan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, keterlibatan para sosiolog di berbagai bidang kehidupan akan semakin penting dan sangat diperlukan. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat akan menuntut penyesuaian dari segenap komponen masyarakat yang menuntut kemampuan mengantisipasi keadaan baru.
Sebagai ilmu, sosiologi memiliki sifat hakikat atau karakteristik sosiologi:
7.    Merupakan ilmu sosial, bukan ilmu kealaman ataupun humaniora.
8.    Bersifat empirik-kategorik, bukan normatif atau etik; artinya sosiologi berbicara apa adanya tentang fakta sosial secara analitis, bukan mempersoalkan baik-buruknya fakta sosial tersebut. Bandingkan dengan pendidikan agama atau pendidikan moral.
9.    Merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat umum, artinya bertujuan untuk menghasilkan pengertian dan pola-pola umum dari interaksi antar-manusia dalam masyarakat, dan juga tentang sifat hakikat, bentuk, isi dan struktur masyarakat.
10.    Merupakan ilmu pengetahuan murni (pure science), bukan ilmu pengetahuan terapan (applied science).
11.    Merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak atau bersifat teoritis. Dalam hal ini sosiologi selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat sehingga menjadi teori.
Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dinamakan proses sosial), oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya ativitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasari pada berbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.
B.    Saran
Di dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi sebuah konkrit yang harus di selesaikan dengan baik dengan demikian ilmu sosiologi dapat membantu menangani dan menyelesaikan konkrit itu secara baik. Memang tidak mudah untuk dapat menyelesaikan konkrit itu tapi dengan bermodalkan ilmu sosiologi yang di dapat sedikit demi sedikit jika di laksanakan dengan baik maka perlahan-lahan sebuah konkrit itu dapat terselesaikan.


















DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Hamid. 2009. Pengantar Ilmu Sosial, Ed. 1. Cet Ke-2. Jakarta: Bumi Aksara.
Soekamto, Soerjono. 1986. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali.
Setiadi, Elly M. DKK. 2011. Pengantar Sosiologi. edisi pertama. Cet ke-2. Jakarta: Kencana.
Sorikin, Pitirim. 1928.  Contemporary Sociological Theories. New York: Harper.
Qardlawie, Yusuf. 2008.  Fiqh al-Zakat. Cet ke-3.  jakarta: Al-I’tishom.
Narwoko, Dwi. DKK. 2004.  Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Edisi Keempat. Jakarta: Kencana.







Pengertian, ruang lingkup dan kegunaan psikologi dakwah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dakwah merupakan Kewajiban setiap Muslim. Sebagai Da’i tentu saja kita ingin mencapai kesuksesan dalam mencapai tugas dakwah. Salah satu bentuk keberhasilan dalam dakwah adalah berubahnya sikap kejiwaan seseorang. Dari tidak cinta Islam menjadi cinta, dari tidak mau beramal Shaleh menjadi giat melakukannya, dari cinta kemaksiatan menjadi benci dan tertanam dalam jiwanya rasa senang terhadap kebenaran ajaran Islam, begitulah seterusnya.
Karena dakwah bermaksud mengubah sikap kejiwaan seorang Mad’u, maka pengetahuan tentang Psikologi Dakwah, Sistematikanya dan kedudukan Psikologi Dakwah menjadi sesuatu yang sangat penting. Dengan pengetahuan tentang Psikologi Dakwah ini, diharapkan kita atau para juru dakwah dapat melaksanakan tugas dakwah dengan pendekatan kejiwaan. Rasulullah SAW. Dalam dakwahnya memang sangat memperhatikan tingkat kesiapan jiwa orang yang didakwahinya dalam menerima pesan-pesan dakwah.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa Pengertian Psikologi Dakwah?
2.    Bagaimana Ruang Lingkup Psikologi Dakwah?
3.    Apa Kegunaan Psikologi Dakwah?
C.    Tujuan Masalah
1.    Kita dapat mengetahui Pengertian Psikologi Dakwah.
2.    Kita dapat memahami Ruang Lingkup Psikologi Dakwah.
3.    Kita dapat mengetahui Kegunaan Psikologi Dakwah.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Psikologi
Dalam langangan ilmu pengetahuan, psikologi merupakan salah satu pengetahuan yang tergolong dalam “empirikal science”, yaitu ilmu pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman manusia, walaupun pada awal perkembangannya bersumber pada filsafat yang bersifat spekulatif. Dan memang, psikologi dalam sejarah perkembangannya berutang budi pada filsafat. Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan seperti yang diungkapkan oleh Will Durant, diibaratkan sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk mendaratkan pasukan infantri. Pasukan infantri ini adalah berbagai ilmu pengetahuan diantaranya adalah ilmu psikologi. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak, setelah itu ilmu tersebutlah yang membelah gunung dan merambah hutan.
Psikologi menurut bahasa berasal dari kata Yunani yang terdiri dari dua kata, psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Jadi, psikologi secara bahasa dapat berarti ‘ilmu jiwa’. Namun pengertian ilmu jiwa itu sendiri masih dianggap kabur dan belum jelas. Hal ini disebabkan karena para sarjana belum mempunyai kesepakatan tentang jiwa itu sendiri. Menurut Sarlito, tidak ada seorang pun yang tahu dengan sesungguhnya apa yang dimaksud dengan jiwa itu sendiri, karena jiwa adalah suatu kekuatan yang tidak tampak oleh pancaindra wujud dan zatnya, melainkan yang tampak hanya gejala-gejalanya saja.
Bahkan, jika kita kembali kepada Oxford Dictionary, maka kita akan mendapatkan kata Psyche mempunyai banyak arti, seperti ‘soul’,’mind’,dan spirit’. Dalam Islam, istilah jiwa juga mempunyai banyak makna, seperti ‘an-nafs’,’al-ruh’, al-bashirat, dan ‘al-hayat’. Oleh karena itu, sering timbul berbagai pengertian yang berbeda-beda, di mana banyak ilmuwan memberikan definisi yang berbeda-beda pula sesuai dengan arah minat dan aliran masing-masing.
B.    Pengertian Dakwah
Dakwah Secara bahasa mempunyai makna bermacam-macam;
1.    اانداء : memanggil dan menyeru.
2.    Menengaskan atau membela, baik terhadap yang benar ataupun yang salah, yang positif ataupun yang negatif.
3.    Suatu usaha berupa perkataan ataupun perbuatan untuk menarik seseorang kepada suatu aliran atau agama tertentu.
4.    Doa (permohonan).
5.    Meminta dan mengajak seperti ungkapan, da’abi as-syai’ yang artinya meminta dihidangkan atau didatangkan makanan atau minuman.
Istilah dakwah dalam Al-Qur’an diungkapkan dalam bentuk fi’il maupun mashdar sebanyak lebih dari seratus kata. Al-Qur’an menggunakan kata dakwah untuk mengajak kepada kebaikan yang disertai dengan resiko masing-masing pilihan. Dalam Al-Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak keneraka atau kejahatan. Di samping itu, banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan istilah dakwah dalam konteks yang berbeda.
Secara terminologi, pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat. 
C.    Pengertian Psikologi Dakwah
Psikologi dakwah dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala hidup kejiawaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah.
Psikologi dakwah dapat juga diberi batasan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia yang merupakan cerminan hidup kejiwaannya untuk diajak kepada pengalaman ajaran-ajaran Islam demi kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat.
Tujuan psikologi dakwah adalah membantu dan memberikan pandangan para Da’i tentang pola dan tingkah laku para Mad’u dan hal-hal yang mempengaruhi tingkah laku tersebut yang berkaitan dengan aspek kejiwaan (psikis) sehingga mempermudah para Da’i untuk mengajak mereka kepada apa yang dikehendaki oleh ajaran Islam.
D.    Kedudukan Psikologi Dakwah
Psikologi Dakwah dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang bertugas mempelajari/membahas tentang segala gejala hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah.
Dalam paparan penulis diatas dapat dilihat bahwasanya posisi atau kedudukan Psikologi Dakwah dalam sistematika studi psikologi cukup memiliki peranan penting karena sebagai sebuah disiplin ilmu psikologi di tuntut untuk menjawab persoalan-persoalan Kontemporer, sebagaimana yang dibutuhkan oleh para pegiat studi psikologi baik dari kalangan akademisi maupun praktisi. Mulai dari pemaparan sistematika studi psikologi yang diklasifikasikan menjadi dua bagian secara teori maupun praktisnya, kemudian dalam bagian psikologi praktis tersebut terdapat studi psikologi agama islam dan diakhir Psikologi Dakwah merupakan bagian dari psikologi agama islam.
Oleh karena itu Psikologi Dakwah merupakan psikologi praktis atau psikologi terapan, maka ruang lingkup pembahasannya pun berada dalam proses kegiatan dakwah dimana sasarannya adalah manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Didalamnya melibatkan sikap dan kepribadian para juru dakwah dalam menggarap sasaran dakwah yang berupa manusia yang punya sikap dan kepribadian pula. Di sinilah akan terlihat adanya hubungan atau antar hubungan dan saling pengaruh mempengaruhi antara juru dakwah dengan sasaran dakwah, sehingga terwujudlah suatu rangkaian proses yaitu input yang berupa motivasi dakwah yang dibawa oleh juru dakwah dengan sikap dan kepribadiannya ke arah sasaran dakwah yang berupa manusia sebagai individu dan anggota masyarakat dari mana tiga kekuatan rohaniah digerakkan (kognisi, konasi, dan emosi) melalui proses belajar sehingga timbul pengertiaan, kasadaran, penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran agama, yang merupakan input, sedang tingkah laku yang berubah berupa pengamalan ajaran agama adalah output. Antara output dengan input terjadi interaksi yang disebut feedback sebagai pengkoreksi lebih lanjut terhadap bahan input yang dimasukkan kedalam proses-proses permainan manusia. Bilamana output tidak sesuai dengan input maka tidak perlu dilakukan perbaikan-perbaikan lebih lanjut. Bilamana output sudah tepat atau sudah benar sesuai dengan input maka tidak perlu dilakukan perbaikan-perbaikan bahkan perlu dikembangkan terus. Demikian proses itu berlangsung terus dalam dakwah secara siklus.

E.    Ruang Lingkup Psikologi Dakwah
Psikologi merupakan disiplin ilmu yang memusatkan perhatian dalam pembahasan mengenai manusia dan tingkah lakunya sebagai individu dan perilakunya dalam berhubungan dengan masyarakat. Menurut cakupannya psikologi dapat dibagi dalam enam bidang, yaitu Psikologi Umum dan Eksperimen, Psikologi Klinis, Psikologi Perkembangan, Psikologi Pendidikan, Psikologi Sosial, dan Psikologi Industri dan Organisasi. Selain itu, terdapat cabang-cabang terapan psikologi yang mencakup bidang-bidang kehidupan manusia. Dengan kata lain, di mana manusia hidup dan bertingkah laku, maka sesungguhnya lapangan psikologi terdapat di area tersebut. Namun demikian, dalam pembahasan buku ini tema-tema yang akan di bahas mencakup tema-tema proses perkembangan manusia, proses belajar dan emosi serta kepribadian manusia. Keseluruhan tema dibahas secra integratif.

F.    Kegunaan Psikologi Dakwah
Seorang da’i manakala ingin agar pesan dakwahnya dipahami maka dakwahnya itu harus disampaikan dengan pendekatan psikologis, yakni sesuai dengan tingkatan dan kebutuhan jiwa mad’u. Dakwah seperti itulah yang disebut dakwah persuasif. Sesuai dengan ungkapan Nabi yang artinya: Berbicaralah kepada orang sesuai dengan kadar akal mereka.
Kadar akal dapat dipahami sebagai tingkatan intelektual, bias juga dipahami sebagai cara berpikir, cara merasa dan kecendrungan kejiwaan yang lainnya.













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Psikologi Dakwah adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gambaran dari kejiwaannya guna diarahkan kepada iman takwa kepada Allah Swt. Bila disederhanakan bisa juga dengan pengertian, dakwah dengan pendekatan kejiwaan.
Sebagaimana telah di paparkan di atas, maka kedudukan Psikologi Dakwah terlihat jelas Mulai dari pemaparan sistematika studi psikologi yang di klasifikasikan menjadi dua bagian secara teori maupun praktisnya, kemudian dalam bagian psikologi praktis tersebut terdapat studi psikologi agama islam dan diakhir Psikologi Dakwah merupakan bagian dari psikologi agama islam.

B.    Saran
Dalam pengumpulan materi pembahasan di atas tentunya kami banyak mengalami kekurangan dan kesalahan dan oleh karena itu hendaknya pembaca memberikan tanggapan baik itu berupa kritik dan saran yang bersifat konstruktif terhadap karya tulis ini.








DAFTAR PUSTAKA
Faizah, dkk. 2009. Psikologi Dakwah. Cet kedua. Jakarta: Kencan.
Munir, Muhammad. Dkk. 2006. Manajemen Dakwah. Cet kedua. Jakarta: Kencana.
H.M. Arifin, 1991. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara.
Hartini, Netty, dkk. 2004. Islam dan Psikologi, Ed. 1. Cet. 1. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
http://tobrial-ars.blogspot.co.id/2010/05/psikologi-dakwah-resume.html


Komponen Dasar Komunikasi

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial dan memerlukan hubungan dengan orang lain dengan cara komunikasilah manusia bisa berhubungan dengan orang lain. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan dan tertulis, tanda-tanda, lambang-lambang. Komunikasi dilakukan baik secara tradisional maupun modern dengan alat – alatnya pun mulai dari yang paling sederhana sampai yang mutakhir dan canggih.
Unsur – unsur komunikasi terdiri dari sumber, Komunikator, pesan, channel(saluran), komunikan dan efek (hasil). Sumber berupa lembaga, personal dan non lembaga/nonpersonal.
Perkembangan komunikasi menberi dampak social terhadap masyarakat. Komunikasi mempengaruhi perubahan prilaku, cara hidup, hidup bermasyarakat, dan nilai – nilai yang ada. Perubahan  ini tampaknya sejalan dengan perkembangan teknologi itu sendiri.

B.    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.    Apa pengertian komunikasi?
2.    Apa saja komponen dasar komunikasi?

C.    Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah dalam makalah ini adalah:
1.    Mendeskripsikan pengertian komunikasi.
2.    Mendeskripsikan komponen dasar komunikasi.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi(dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl (16): 125)
Rasulullah bersabda:
Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat. (HR. Bukhari)
Perintah Allah untuk menyeru kepada sekalian manusia merupakan perintah untuk berinteraksi melalui informasi dan komunikasi. Al-Qur’an adalah sumber informasi mengenai keagamaan (Islam) dari Tuhan kepada umat manusia sebagai pemeluk Islam. Demikian pula sabda Rasulullah yang memerintahkan untuk menyampaikan sesuatu yang berasal dari Rasul, walaupun hanya satu ayat kepada orang lain. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah memerintahkan untuk menyebarkan informasi yang berasal dari beliau.
B.    Komponen Dasar Komunikasi
    Dari pengertian komunikasi sebagaimana diuraikan di atas, tampak adanya sejemulah komponen dan unsur yang dicakup dan merupakan peryaratan terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai berikut:
a.    Source (sumber)
b.    Communicator (komunikator – penyampai pesan)
c.    Message (pesan)
d.    Channel (saluran)
e.    Communican (komunikan – penerima pesan)
f.    Effect (hasil)
Mari kita telaah komponen atau unsur tersebut sebagaimana dibawah ini:

a.    Sumber
Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya. Dalam hal sumber ini yang perlu kita perhatikan kredibilitas terhadap sumber (kepercayaan) baru, lama, sementara dan lain sebagainya. Apabila kita salah mengambil sumber maka kemungkinan komunikasi yang kita lancarkan akan berakibat lain dari yang kita harapkan.
b.    Komunikator
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, film dan sebagainya. Dalam komunikasi menyampaikan opesan kadang-kadang komunikator dapat menjadi komunikan sebaliknya komunikan menjadi komunikator. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh seseorang komunikator adalah sebagai berikut:
a.    Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya
b.    Ketrampilan berkomunikasi
c.    Mempunyai pengetahuan yang luas.
d.    Sikap.
e.    Memiliki daya tarik dalam arti ia memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap/penambahan pengetahuan bagi/ pada diri komunikan.
Didalam melakukan komunikasi kita dapat melihat beberapa gaya komunikator melakukan aksinya ( tergantung pada situasi yang mereka hadapi). Gaya komunikator dapat kita bedakan kedalam beberapa model:
a.    Komunikator yang membangun
b.    Komunikator yang mengendalikan
c.    Komunikator yang melepaskan diri
d.    Komunikator yang menarik diri

a)    Komnikator yang membangun, ciri-cirinya:
1.    Mau mendengarkan pendapat orang lain dan dia tidak pernah menganggap dirinya benar.
2.    Ingin bekerja sama dan memperbincangkan sesuatu persoalan dengan sesamanya sehingga timbul saling pengertian.
3.    Dia tidak terlalu mendominir situasi dan mau mengadakan komunikasi timbul balik.
4.    Dia menganggap bahwa buah pikiran orang banyak lebih baik dari seseorang
b)    Komunikator yang mengendalikan. Ciri-cirinya:
1.    Pendapatnya itu merupakan hal yang paling baik sehingga dia tidak mau mendengarkan pandangan orang lain intern maupun ekstenr
2.    Ia menginginkan komunikasi satu arah saja tidak akan menerima dari arah lain. Dihubungkan dengan gaya kepemimpinan maka komunikator seperti ini dapat disamakan dengan gaya kepemimpinan yang otokrasi atau gaya intruksi.
c)    Komunikator yang melepaskan diri, ciri-cirinya:
1.    Ia lebih banyak menerima dari lawannya berkomunikasi
2.    Kadang-kadang rasa rendah dirinya timbul sehingga ketidakmampuannya keluar.
3.    Ia lebih suka mendengar pendapat orang lain dengan tidak bersungguh-sungguh menanggapinya.
4.    Sumbangan pikirannya tidak banyak mengandung arti sehingga ia lebih suka melepaskan tanggung jawabnya kepada orang lain.
d)    Komunikator yang menarik diri, ciri-cirinya:
1.    Ia selalu bersifat pesimis sehingga menurutnya keadaan tidak dapat diperbaiki lagi
2.    Ia lebih suka melihat keadaan seadanya, dan kalau mungkin berusaha menghindari keadaan tambah buruk.
3.    Ia selalu diam tidak menunjukkan reaksi dan jarang memberikan buah pikirannya.
Demikianlah sedikit ciri-ciri beberapa komunikator dan dengan melihat hal diatas kita dapat menentukan pada bagian mana kita berada. Sekiranya kita berada ditingkat keempat berusahalah memperbaiki dan seterusnya.
c.    Pesan
Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima. Pesan ini dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis seperti surat, buku, majalah, memo, sedangkan pesan secara lisan dapat berupa, percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, radio dan sebagainya. Pesan yang nonverbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.  Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan atau tema sebagai pengarah didalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasi.
Bagaimana pesan disampaikan?:
a)    Dengan lisan/face to face/ langsung,
b)    Dengan menggunakan media saluran.
Bentuk pesan dapat bersifat : Informatif, persuasif dan coersif.
1.    Informatif:
Memberikan keterangan-keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri dalam situasi tertentu pesan informatif lebih berhasil dari pada pesan persuasif misalnya pada kalangan cendikiawan.
2.    Persuasif:
Bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau sikap sehingga ada perusahaan. Tetapi perubahan yang terjadi itu adalah atas kehendak sendiri, misalnya pada waktu diadakan lobbying, atau pada waktu istirahat makan bersama.
3.    Coersif:
Memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal dari penyampaian secara ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan diantara sesamanya dan pada kalangan publik. Coersif dapat berbentuk perintah, intruksi dan sebagainya  (biasanya hal ini terjadi pada organisasi tipe keledai).
Bagaimana merumuskan pesan agara mengenal: Pesan yang disampaikan harus tepat, ibarat kita membidik dan menembak, maka perlu yang keluar aruslah tepat kena sasarannya, pesan yang mengena harus memenuhi syarat-syarat:
a.    Pesan harus direncanakan atau dipersiapkan secara baik, serta sesuai dengan kebutuhan kita.
b.    Pesan itu dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak.
c.    Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi menerima serta menimbulkan kekuatan.
Pendapat lain mengatakan syarat-syarat pesan harus memenuhi:
1.    Umum
Berisikan hal-hal yang umum dan mudah dipahami oleh komunikan atau audiens, bukan soal-soal yang Cuma bearti atau hanya dapat dipahami oleh seseoang atau kelompok tertentu.
2.    Jelas dan gamblang
Pesan disampaikan tidak samar-samar. Jika mengambil perumpamaan hendaklah diusahakan contoh yang senyata mungkin, agar tidak ditafsirkan menyimpang dari kita yang kehendaki.
3.    Bahasa yang jelas
Sejauh mungkin hindarkanlah mengggunakan istilah-istilah yang tidak dipahami oleh sipenerima atau pendengar. Gunakanlah yang yang jelas dan sederhana yang cocok dengan komunikan, daerah dan kondisi dimana kita berkomunikasi, hati-hati pula dengan istilah atau kata-kata yang berasal dari bahasa daerah yang dapat ditafsirkan lain oleh komunikan.
4.    Positif
Secraa kodrati manusia selalu tidak ingin mendengar dan melihat hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena itu setiap pesan agar diusahakan dalam bentuk positif.
5.    Seimbang
Pesan yang disampaikan oleh karena kita membutuhkan selalu yang baik-baik saja atau jelek-jelek saja. Hal ini kadang-kadang berakibat senjata makan tuan, cenderung ditolak atau tidak diterima oleh komunikan.

6.    Penyesuaian dengan keseimbangan komunikan.
Orang-orang yang menjadi sasaran dari komunikasi yang kita lancarkan selalu mempunyai keinginan-keinginan tertentu.
Apakah Hambatan-hambatan terhadap pesan?
Seringkali kita alami dalam komunikasi, lain yang kita harapkan lain yang kita peroleh. Hal ini disebabkan adanya hambatan-hambatan yang antara lain:
(a)    Hambatan bahasa (language factor)
Pesan akan disalah artikan sehingga tidak memcapai apa yang kita inginkan, jika bahasa yang kita gunakan tidak dipahami oleh komunikan termasuk dalam pengertian ini ialah penggunaan istilah-istilah yang mungkin dapat diartikan berbeda. Demikian juga jika kita menggunakan istilah ilmiah, misalnya: ekstrim kanan-kiri, subersif, sekuler sosialis religius dan sebagainya. Yang tidak lain ingin menonjolkan diri atau dengan dalih mengalihkan perhatian .
(b)    Hambatan teknis (noise factor)
Pesan dapat tidak utuh diterima komunikan karena gangguan teknis misalnya suara tak sampai karena penegras suara rusak, kebisingan, lalu lintas dan  sebagainya. Gangguan teknis ini sering terjadi pada komunikasi yang menggunakan media.
(c)    Hambatan bola salju ( snow ball effect)
Pesan menjadi membesar sampai jauh, yakni pesan ditanggapi sesuai dengan selera komunikan-komunikator, akibatnya semakin jauh menyimpang dari pesan semula, hal ini timbul karena :
(1)    Daya mampu manusia menerima dan menghayati pesan terbatas.
(2)    Pengaruh kepribadian dari yang bersangkutan.

d.    Saluran (Channel)
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunkasi yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut 2 saluran, yaitu:
a)    Saluran formal atau yang bersifat resmi.
b)    Saluran informal atau yang bersifat tidak resmi.
Saluran formal biasanya mengikuti garis wewenang dari suatu organisasi, yang timbul dari tingkat paling tinggi dalam organisasi itu sampai ketingkatan yang paling bawah. Komunikasi sebaiknya berlangsung dalam 2 jalur, yakni dari atas kebawah dan dari bawah juga diperhatikan untuk naik ketingkat atas. Di samping saluran yang sebutkan di atas juga terdapat saluran komunikasi yang bersifat mendatar (komunikasi horizontal). Dengan singkat dapat kita katakan bahwa saluran yang dipakai dalam berkomunikasi itu dapat terjadi tiga arah :
a)    Ke atas
b)    Ke bawah
c)    Ke samping
Ketiga cara ini disebut dengan tiga dimensi.
Pengalaman menunjukkan bahwa perintah dan pengarahan dan datang dari atasan tidak banyak menimbulkan halangan dan gangguan. Tetapi sebaiknya kalau yang datangnya dari bawah menuju keatas sering menimbulkan rintangan dan penyimpangan atau macet ditengah jalan. Biasanya komunikasi yang salurannya datang dari daerah dapat berbentuk :
a)    Pertanyaan
b)    Pengaduan
c)    Keluhan
Disamping  adanya saluran formal terdapat pula saluran komunikasi informal. Saluran yang informal ini dapat berbentuk:
(a)    Desas-desus
(b)    Kabar angin
(c)    Kabar burung
Desas-desus atau kabar angin timbul karena orang ingin mengetahui sesuatu yang berhubungan erat dengan dirinya, kelompoknya dan lain-lain. Kelihatannya desas-desus itu merupakan saluran informasi bagi orang untuk menyatakan:
a)    Keinginannya
b)    Rasa takut
c)    Kepribadian mereka.



e.    Komunikan
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yakni pesona, kelompok dan massa. Atau dengan perkataan lain dari segi sasarannya maka komunikasi dapat:
a)    Komunikasi personal (orang seorang)
b)    Komunikasi kelompok
c)    Komunikasi massa
(a)    Komunikasi personal
Komunikasi yang ditujukan kepada sasaran yang tunggal, bentuknya dapat berupa: anjang sogo, tukar pikiran dan sebagainya. Kemudian personal efektivitasnya paling tinggi karena komunikasinya timbal balik dan terkonsentrasi, hanya kurang efisien dibandingkan dengan bentuk lainnya.
(b)    Komunikasi kelompok
Komunikasi yang ditujukan kepada kelompok yang tertentu. Kelompok adalah suatu kumpulan manusia yang mempunyai antar hubungan sosial yang nyata dan memperlihatkan struktur yang nyata pula. Bentuk komunikasi seperti ini adalah: ceramah, briefing, indroktinasi, penyuluhan dan sebagainya. Komunikasi kelompok lebih efektif dalam pembentkan sikap personal dari pada komunikasi massa, namun kurang efisien.
(c)    Komunikasi massa
Komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media massa. Massa disini adalah kumpulan orang-orang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu. Komunikasi sangat efisien karena dapat menjangkau daerah yang luas dan pendengar yang praktis dan terbatas. Namun komunikasi massa kurang efektif dalam pembentukan sikap personal karena komunikasi massa tidak dapat langsung diterima oleh massa tetapi melalui opinion leaders, ialah yang menterjemahkan apa yang disampaikan dalam komunikasi massa itu kepada komunikan. Pada waktu komunikasi dilancarkan, menghadapi komunikan perlu diperlihatkan 3 hal yakni: keanggotaan kelompok, proses seleksi dan kecenderungan.
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh komunikan antara lain:
a)    Keterampilan kemampuan menagkap dan meneruskan pesan.
b)    Pengetahuan tertentu
c)    Sikap

Faktor lain dari komunikan yang patut diperhatiakn ialah:
a)    Rangka pengetahuan
b)    Lingkup pengalaman.
Komunikasi akan berhasil baik jika pesan yang disampaikan sesuai dengan rangka pengetahuan dan lingkup pengalaman komunikan. Demikian juga pesan harus cocok dengan lingkup pengalaman komunikan.

f.    Effect (hasil)
Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka berarti komunikasi berhasil, demikian pula sebaliknya. Effect ini sesungguhnya dapat dilihat dari:
a)    Personal opinion
b)    Public opinion
c)    Mayority opinion
(a)    Personal opinion, adalah pendapat pribadi. Hal ini dapat merupakan akibat/hasil yang diperoleh dari komunikasi. Personal opinion adalah sikap dan pendapat seseorang terhadap sesuatu masalah tertentu.
(b)    Public opinion, adalah pendapat umum, pengertiannya adalah penilaian sosial mengenai sesuatu hal yang penting dan berarti, atas dasar pertukaran pikiran yang dilakukan individu-individu secara sadar dan rasional. Public opinion perlu dalam rangka menggerakkan massa, namun ia bukan kata sepakat dan bukan pula sesuatu yang dapat dihitung dengan jumlah. Oleh karena itu sesuatu kampanye yang diarahkan kepada pemilihan tertentu titik beratnya tetap kepada personal opinion. Public opinion mengandung nilai-nilai psikologis dalam rangka mengarahkan personal opinion.
(c)    Mayority opinion, adalah bagian terbesar dari public atau masyarakat, inilah yang harus dicapai dalam suatu kampanye, berhasil atau tidaknya suatu kampanye dapat diukur dari berhasil atau tidaknya mencapai suatu mayoritas dalam kampanye. Hal ini orang secara informal membimbing dan mengarahkan suatu opini tertentu kepada masyarakat. Opinion leader adalah merupakan tempat bertanya.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
(1)    Tahap proses komunikasi
(a)    Fact finding, adalah mencari dan mengumpulkan fakta dan data sebelum seseorang melakukan kegiatan komunikasi.
(b)    Planning, dari fakta dan data dibuat suatu rencana tentang apa yang akan dikemukakan dan bagaimana mengemukakannya.
(c)    Communicating, setelah planning disusun maka tahap selanjutnya adalah berkomunikasi.
(d)    Evaluation, penilaian dan menganalisa kembali untuk setiap kali, hasil komunikasi tersebut.
(2)    Prosedur untuk mencapai efek yang dikehendaki. Lebih jelas adalah sebagai berikut:
(a) Perhatian
(b) Rasa tertarik/kepentingan
(c) keinginan
(d) keputusan
(e) tindakan






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Manusia adalah mahluk social dan memerlukan hubungan dengan orang lain dengan cara komunikasilah manusia bisa berhubungan dengan orang lain. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan dan tertulis, tanda-tanda, lambang-lambang. Komunikasi dilakukan baik secara tradisional maupun modern dengan alat – alatnya pun mulai dari yang paling sederhana sampai yang mutakhir dan canggih.
Unsur – unsur komunikasi terdiri dari sumber, Komunikator, pesan, channel(saluran), komunikan dan efek (hasil). Sumber berupa lembaga, personal dan non lembaga/nonpersonal.

B.    Saran
Mohon maaf, apabila sekiranya ada kesalahan dalam kata – kata maupun uraiannya yang kurang berkenan di dalam makalah ini. Maka dari itu kami para penyusun  meminta dan menerima kritik dan sarannya.










DAFTAR PUSTAKA
    http://adiprakosa.blogspot.co.id/2008/09/pengertian-komunikasi.html
Amin, Munir Samsul. 2009. Ilmu Dakwah, Ed.1, cet.1, Jakarta: Amzah.
Muhammad, Ami. 2011. Komunikasi Organisasi, Ed, 1, Cet. 12, Jakarta: Bumi Aksara.

Widjaja, H.A.W. 2010. Komunikasi: Komunikasi dan hubungan masyarakat. Ed 1, cet 6. Jakarta: Bumi Aksara.

Planologi Dakwah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Aktifitas manajerial itu merupakan sebuah usaha dalam mewujudkan tujuan-tujuan tertentu dengan menggunakan sumber daya manusia dan diikuti dengan pemanfaatan sumber-sumber bahan material yang ada. Adapun definisi manajerial itu meliputi :
1)    Perencanaan
2)    Pengorganisasian
3)    Pelaksanaan
4)    Pengawasan
Rencana adalah suatu arah tindakan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Dari perencanaan ini akan menggungkapkan tujuan-tujuan keorganisasian dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan guna mencapai tujuan.
Secara alami, perencanaan itu merupakan bagian dari sunnatullah, yaitu yaitu dengan melihat bagaimana Allah SWT menciptakan alam semesta dengan hak dengan perencanaan yang matang disertai dengan tujuan yang jelas.  Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Shaad ayat 27.
                 • 
“Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu Karena mereka akan masuk neraka.”
Perencanaan merupakan starting point dari aktifitas manajerial. Karena bagaimanapun sempurnanya aktifitas manajemen tetap membutuhkan sebuah perencanaan. Karena perencanaan merupakan langkah awal bagi sebuah kegiatan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait agar memperoleh hasil optimal. Alasannya, bahwa tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka menggapai tujuan. Jadi, perencanaan memiliki peran yang sangat signifikan karena ia merupakan dasar dan titik tolak dari kegiatan pelaksanaan selanjutnya. Oleh karena itu, dalam konteks dakwah perencanaan adalah sebuah keharusan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Al-Mubarak sebagai berikut ;
“Jika engkau ingin mengerjakan sesuatu pekerjaan, maka pikirkanlah akibatnya, maka jika perbutan tersebut baik, ambillah dan jika perbuatan itu jelek, maka tinggalkanlah.”
Secara garis besar perencanaan dibagi kepada dua macam :
1.    Rencana Besar (Grand Planning)
2.    Rencana Biasa
Grand Planning adalah rencana menyeluruh dari semua aktifitas yang dilaksanakan. Planning itu merupakan formulasi tindakan untuk masa depan yang diarahkan pada tujuan yag akan dicapai. Dalam merancang dan menjalankan sebuah rencana, konsistensi sangatlah dituntut. Karena konsisten itu akan membawakan kepada hasil yang seperti diharapkan. Jika seseorang tidak konsisten dalam suatu rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, maka orang tersebut dianggap gagal dalam melakukan proses yang pertama dalam aktifitas manajerial.
Hal ini merujuk kepada apa yang dikatan oleh Dean R. Spizer : “Those who fail to plain, plain to fail”. Siapa yang gagal dalam membuat rencana, sesungguhnya ia sedang merencanakan sebuah sebuah kegagalan.

B.    Rumusan Masalah
Pembahasan makalah ini difokuskan pada pemahaman tentang :
1)    Apa pengertian perencanaan ?
2)    Bagaimana proses pembuatan rencana?
3)    Bagaimana perencanaan yang baik itu?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yang disusun dalam bentuk makalah ini adalah untuk memaparkan pemahaman tentang:
1)    Definisi Perencanaan
2)    Proses pembutan rencana
3)    Perencanaan yang Baik

D.    Manfaat  Penulisan
Penulisan Makalah Ini diharapkan bermanfaat dalam:
1)    Pemahaman yang lebih arif  terhadap topik pembahasan
2)    Memperdalam ilmu pengetahuan terhadap topik pembahasan
3)    Menanamkan rasa Ingin tahu dalam hal manajerial terhadap masyarakat
4)    Memberi sumbangsih pembanding dengan makalah lain









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perencanaan
Henry Fayol yang merupakan seorang pakar manajemen Amerika menyebutkankan bahwa perencanaan adalah semacam prediksi terhadap apa yang akan terjadi pada masa mendatang disertai dengan persiapan untuk menghadapi masa yang akan datang.
Sementara itu, James S. F. Store mendefinisikan “perencanaan” sebagai “Planning is the process of setting goals and closing the means to achive those goals”. Perencanaan adalah sebuah proses untuk menyusun rencana untuk meraih perencanaan tujuan tersebut.
Dari apa yang telah dipaparkan oleh dua pakar manajemen tersebut, maka kami mengambil sebuah kesimpulan bahwa Perencanaan adalah pengambilan keputusan tentang apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, kapan mengerjakannya, siapa yang akan mengerjakannya dan bagaimana mengukur keberhasilan pelaksanaannya.
Dari pengertian tentang perencanaan ini, secara implisit, mengandung arti penentuan tujuan, penegembangan kebijakan, program, proyek, sistem dan prosedur, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan demikian, perencanaan selalu mengandung tiga macam karakteristik, yaitu:
1)    Selalu berhubungan dengan waktu mendatang.
2)    Memerlukan tindakan,
3)    Ada indikasi individu atau organisasi yang melaksanakannya.
Maka dari itu, secara general tugas dari perencanaan yang paling utama adalah menentukan sasaran.
B.    Tehnik Membuat Perencanaan
Untuk membuat suatu rencana ada beberapa tindakan yang harus dilalui. Tingkat-tingkat atau langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut ;
1)    Meneteapkan tugas dan tujuan
Tugas dan tujuan adalah dua pengertian yang mempunyai hubungan yang sangat erat, merupakan anak kembar siam. Bila kita melaksanakan tugas, pasti ada yang menjadi tujuan kegiatan kita itu. Sebaliknya suatu tujuan tidak akan tercapai bila kita tidak melakukan suatu kegiatan, yakni melakukan suatu tugas. Kedua hubungan itu sangat erat hubungannya. Dalam membuat suatu rencana, pertama-tama kita harus menetapkan tugas dan tujuan. Dengan tugas dimaksudkan, kegiatan apa yang harus dilakukan.
Apakah tugas dari kegiatan itu? Dengan tujuan yang dimaksudkan, nilai-nilai yang diharapkan untuk dipelihara, diperoleh atau diadakan.
Apa tujuan kita, misalnya membuka pertanian untuk menanam nilam, mencari keuntungan sebesar-besarnya, memberi kesempatan kerja, mencari keunggulan dibidang kwalitas, dan sebagainya. Penetapan tujuan perusahaan, merupakan landasan dari pembuatan rencana kemudian. Kita tidak mungkin merencanakan sesuatu, bila tidak tegas lebih dahulu, tujuan yang akan kita capai dengan rencana tersebut. Demikianlah, betapa pentingnya peranan penetapan tujuan itu.
2)    Mengobservasi dan menganalisis
Setelah tugas dan tujuan suatu perusahaan telah ditetapkan langkah-langkah berikutnya adalah mencapai atau mengobservasi faktor yang mempermudah untuk mencapai tujuan. Bila faktor-faktor itu sudah terkumpul, dianalisis, untuk dapat menetapkan, mana yang masih efektif digunakan pada masa yang akan datang. Untuk mendapatkan faktor-faktor tersebut, maka bahan-bahan dari pengalaman dapat digunakan, demikian juga pengalaman pihak-pihak yang lain. Bila data tersebut sudah diperoleh, kemudian dianalisi, untuk menetapkan apakah faktor tersebut masih efektif digunakan untuk masa depan.
3)    Mengadakan kemungkinan-kemungkinan
Tersedianya bahan-bahan yang diperoleh pada langkah terdahulu, memberikan perencanaan dapat membuat beberapa kemungkinan untuk mencapai tujuan perusahaan. Sudah barang tentu terdapat beberapa kemungkinan untuk mendapat suatu tujuan. Seperti pribahasa mengatakan ada berbagai jalan untuk sampai Roma. Kemungkinan-kemungkinan tersebut dapat diurut-urutkan atas dasar tertentu, misalnya atas dasar lamanya diselesaikan, besarnya biaya yang diperlukan. Langkah inilah yang disebut dengan mengadakan kemungkinan-kemungkinan.
4)    Membuat sintesis
Terdapat beberapa kemungkinan untuk mncapai suatu tujuan yang memaksa sipembuat rencana harus memilih berbagai altenatif. Pemilihan salah satu kemungkinan seringkali tidak tepat sebab masing-masing kemungkinan selalu mengandung unsur yang baik disamping adanya sela-sela negatif. Oleh karenanya, pada fase ini pembuat rencana harus mengawinkan atau membuat berbagai kemungkinan itu. Sela-sela negatif dari masing-masing kemungkinan dibuang, dan unsur-unsur yang positif diambil sehingga diperoleh sintesis dari beberapa kemungkinan itu.
5)    Menyusun rencana
Menyusun rencana kerja adalah serangkaian tujuan dan proses yang bisa membantu tim dan/atau seseorang mencapai tujuan tersebut. Dengan membaca rencana kerja, Anda bisa memahami skala sebuah proyek dengan lebih baik. Ketika digunakan di dunia kerja maupun akademik, rencana kerja membantu Anda mengerjakan proyek dengan teratur. Melalui rencana kerja, Anda memecah proses jadi tugas-tugas kecil yang ringan sekaligus mengetahui apa saja yang Anda ingin capai. Pelajari cara membuat rencana kerja agar Anda lebih siap saat mengerjakan proyek berikutnya.
C.    Perencanaan yang Baik
Pada dasarnya sebuah perencanaan dikatan baik, jika dapat memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Sehingga barulah dikenal sebagai perencnaan yang baik. Adapun syarat-syarat yang dimaksud itu harus ada 12 prinsip dan petunjuk untuk menyusun perencanaan yang baik.
1)    Didasarkan pada sebuah keyakinan
Artinya bahwa apa yang dilakukan adalah baik. Tentunya sebagai muslim yang baik pula kita mesti berpedoman pada standar kebaikan yang adalah dalam agama islam. Standar yang baik dalam dalam islam adalah yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. 

2)    Dapat dipastikan apa yang dilakukan itu bermanfaat
Manfaat disini bukanlah manfaat yang hanya sekedar dapat dirasakan oleh seorang leader, akan tetapi manfaat itu juga dapat dirasakan oleh anggota. Maka akan sangat perlu jika memandang kemashlahatan anggota ketika anggota mengoperasikan planning tersebut.

3)    Didasari pada ilmu pengetahuan
Seseorang yang hendak membuat perencanaan itu harus didasari pada ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan dengan apa yang dilakukan. Misalkan untuk merencanakan sebuah kegiatan dakwah, maka seorang da’i hendaklah banyak mendengar, membaca, dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas sehingga dapat melakukan aktivitas dakwah berdasarkan kompetensi ilmunya.

4)    Lakukan studi banding (Benchmark)
Benchmark adalah melakukan studi terhadap praktik terbaik dari suatu lembaga yang sukses dalam menjalankan aktifitasnya dengan baik.



5)    Seorang leader tidak boleh lepas tangan
Pemimpin dituntut untuk memikirkan sekaligus menganalisis proses jalannya perencanaan ketika tertuang pada aktifitas pengorganisasian, guna kelanjutan dari aktifitas yang akan dilaksanakan.

6)    Rencana harus memiliki tujuan yang khas
Hal ini menjadi sangat penting sebab dengan tujuan yang khas semua kegiatan dapat diarahkan untuk mencapai hasil perencanaan tersebut. Tujuan harus jelas dan mudah dipahami oleh semua orang yang akan melaksanakan perencanaan itu.

7)    Ada kegiatan yang diprioritaskan.
Suatu rencana tanpa ada kegiatan pelaksanaan, tak lebih dari selembar kertas yang tak berarti. Karena kegiatan mencapai tujuan dari suatu rncana banyak macamnya, dan disisi lain terdapat faktor-faktor pembatas, maka perlu ada kegiatan yang diberi prioritas. Kegiatan ini biasa disebut sebagai kegiatan kunci. Tanpa kegiatan kunci, tidak ada jaminan bahwa pelaksanaan rencana akan berjalan secara efektif dan efisien.

8)    Melibatkan semua orang.
Hendaknya semua orang dilibatkan dalam pembuatan rencana, baik untuk seluruh tahap, maupun hanya tahap-tahap tertentu dari proses perencanaan tersebut. Keterlibatan ini akan menimbulkan rasa bertanggung jawab dalam tahap pelaksanaan rencana nantinya. Dengan cara ini pelaksanaan rencana diharapkan dapat berjalan dengan lancar, komunikasi lancar, koordinasi juga lancar.

9)    Perencanaan hendaknya telah memperhitungkan pelaksanaan fungsi manajemen lainnya, seperti pengorganisasian, pengarahan, koordinasi dan pengendalian. Hal ini penting sebab perencanaan memang merupakan fungsi yang mendahului kegiatan manajemen lainnya, sehingga rencana akan selalu memiliki sifat berbagai acuan dari fungsi manajemen lainnya.

10)    Rencana harus selalu diperbaiki
Hal ini dikarenakan situasi dan kondisi memang selalu berubah. Perbaikan suatu rencana tidak berarti rencana itu salah, tetapi untuk menyesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi yang ada. Namun demikian, suatu rencana jangan terlalu sering diperbaiki, sebab jika demikian, rencana tersebut akan sukar untuk dijadikan pedoman, baik dalam pelaksanaannya maupun untuk kepentingan pengendaliannya.

11)    Penanggung jawab perencanaan.
Perlu ditunjuk orang atau staf khusus yang bertanggung jawab dalam penyusunan rencana. Walaupun banyak orang terlibat dalam penyusunan rencana, namun harus ada orang yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir perencanaan tersebut.

12)    Semua perencanaan selalu bersifat tentatif dan bersifat interim. Rencana tidak ada yang bersifat final, sebab rencana yang baik harus memiliki keluwesan terhadap perubahan-perubahan yang ada.    











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perencanaan merupakan formulasi formulasi tindakan untuk masa depan yang diarahkan pada tujuan yag akan dicapai. Dalam merancang dan menjalankan sebuah rencana, konsistensi sangatlah dituntut.
Pada umumnya dalam membuat perencanaan itu terdapat tehnik-tehnik tertentu yang perlu diperhatikan, yaitu :
1)    Meneteapkan tugas dan tujuan
2)    Mengobservasi dan menganalisis
3)    Mengadakan kemungkinan-kemungkinan
4)    Membuat sintesis, dan
5)    Menyusun rencana
Sebuah perencanaan baru bisa dikatakan baik setidaknya memiliki 12 ciri-ciri sebagai berikut ;
1)    Didasarkan pada sebuah keyakinan
2)    Dapat dipastikan apa yang dilakukan itu bermanfaat
3)    Didasari pada ilmu pengetahuan
4)    Lakukan studi banding (Benchmark)
5)    Seorang leader tidak boleh lepas tangan
6)    Rencana harus memiliki tujuan yang khas
7)    Ada kegiatan yang diprioritaskan.
8)    Melibatkan semua orang.
9)    Perencanaan memperhitungkan pelaksanaan fungsi manajemen lainnya,
10)    Rencana harus selalu diperbaiki
11)    Penanggung jawab perencanaan, dan
12)    Semua perencanaan selalu bersifat tentatif dan bersifat interim.

B.    Saran
Dalam pengumpulan materi pembahasan di atas tentunya kami banyak mengalami kekurangan dan kesalahan dan oleh karena itu hendaknya pembaca memberikan tanggapan baik itu berupa kritik dan saran yang bersifat konstruktif terhadap karya tulis ini.


























DAFTAR PUSTAKA

Didin Hafidhuddin, Hendri Tanjung. (2002). Manajemen Syari’ah dalam Praktik. Jakarta : Gema Insani. Hlm. 78.
Gorden B. Dafis. (1984). Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Jakarta : Pustaka Binaman Presindo. Hlm. 118.
Heidjrachman R., Dasar-Dasar Manajemen, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Perceteakan AMP YKPN, 1990), Hlm. 11.
http://id.wikihow.com/Menyusun-Rencana-Kerja. diakses pada 16 April 2015 pukul 11:28 WIB. 
M. Manullang, (2005). Dasar-Dasar Manajemen : Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.   Hlm. 45-47.
Munir, M dan Wahyu Ilahi. (2009). Manajemen Dakwah. Jakarta : Kencana. Cet II. Hal. 99.

Ulumul qur'an